FITZ FREEDOM ISLAMI

Pages

 

Bahaya Tayangan Film Animasi

Coba anda perhatikan saluran televisi anda pada minggu pagi sampai siang. Saluran-saluran televisi di Indonesia kebanyakan menayangkan film-film animasi Jepang atau yang sering disebut manga. Manga adalah istilah yang digunakan untuk menyebut komik Jepang. Kata "manga" digunakan pertama kali oleh seorang seniman bernama Hokusai dan berasal dari dua huruf Cina yang artinya kira-kira gambar manusia untuk menceritakan sesuatu. Pada akhir abad 18, manga mulai muncul untuk pertama kalinya. Buku komik yang pertama muncul adalah kibyoushi yang berisikan cerita dengan gambar beserta narasi dan dialog di sebelah/mengelilinginya. Tema yang diangkat pun bermacam-macam. Pada akhir abad 19, Jepang secara cepat menyerap budaya, pengetahuan dan teknologi Barat, sehingga kibyoushi tergeser keberadaannya. Dalam sejarah manga, mungkin yang perlu dicatat adalah peranan Osamu Tezuka yang dikenal sebagai "God of Manga". Tetsuwan Atom adalah manga karya Osamu Tezuka yang terkenal dan mendunia baik sebagai manga maupun anime.



Anime-anime Di Indonesia

Anime pertama yang tercatat di Indonesia kemungkinan adalah Wanpaku Omukashi Kum-Kum yang dikenal melalui media televisi (pada masa itu hanya ada 1 stasiun televisi yaitu TVRI) pada sekitar akhir tahun 70-an, Sekitar pertengahan tahun 80-an, anime-anime ini terhenti mendadak, bahkan ada yang baru muncul beberapa volume sudah berhenti tengah jalan. Menurut informasi, distributor anime Indonesia pada waktu itu mengalami kebangkrutan karena terjadinya pembajakan besar-besaran terhadap anime dan semenjak itu terjadi vakum anime di Indonesia selama beberapa tahun.

Pada awal tahun 90-an, berdiri stasiun televisi swasta pertama di Indonesia yaitu RCTI. Beberapa waktu setelah RCTI berdiri, mulai muncul anime lagi yaitu Doraemon. Doraemon kemudian berhasil mendongkrak kembali popularitas anime di Indonesia. Saat ini telah berdiri beberapa stasiun televisi swasta lainnya, dan masing-masing mempunyai program tayangan anime seperti yang ada sekarang.

Dampak Negatif Animasi Jepang

1. Ajaran Kekerasan dan Syirik

Di mata anak-anak, tokoh-tokoh dalam Pokemon sama tenarnya dengan Teletubbies. Tayangan animasi dari Jepang ini mulai popular di Indonesia akhir 1990. Ditandai dengan munculnya merchandaise bentuk Pikachu. Tas punggung, peralatan tulis, sapu tangan, lampu meja, sampai ikat rambut menggunakan tokoh pikachu tak lama kemudian menjamur menjadi VCD ,dan akhirnya tersaji dalam siaran televise.

Di negeri asalnya, film ini sempat memicu protes keras. Sebabnya, sebanyak 1523 anak di berbagai kota di Jepang dilaporkan telah terserang mual-mual, muntah, pusing, dan matanya perih akibat nonton Pokemon episode Computer Warrior Porigon (1997). Sebanyak 650 anak di antaranya harus masuk rumah sakit. Menurut analisis medis, itu terjadi akibat pancaran sinar merah menyilaukan selama 650 kali selama 5 detik dari mata tokoh Pikachu. Sinar itu menyebabkan gangguan syaraf dan ritme otak. Di Inggris juga menimbulkan kontroversi. Dua orang anak berusia 11 tahun tega menodong anak usia 8 tahun demi mendapatkan kartu Pokemon. Persatuan Nasional Guru Inggris menilai tontonan ini menjadi penyulut kekerasan pada anak-anak (Reuters, 4/2000).

Ada empat macam dampak kekerasan dalam televisi terhadap perkembangan anak. Pertama, dampak aggressor dimana sifat jahat dari anak semakin meningkat. Kedua, dampak korban dimana anak menjadi penakut dan semakin sulit mempercayai orang lain. Ketiga, dampak pemerhati disina anak menjadi kurang peduli terhadap kesulitan orang lain. Keempat, dampak nafsu dengan meningkatnya keinginan anak untuk melihat atau melakukan kekerasan dalam menghadapi setiap persoalan. Anak-anak yang menyaksikan program fantasi kekerasan cenderung kurang kooperatif, kurang baik dalam bergaul, kurang gembira, kurang imajinatif, serta angka IQ-nya rendah. Pecandu televisi juga pada umumnya sering gelisah dan memperlihatkan masalah di sekolah Ajaran kekerasan tak hanya disosialisasikan Pokemon, tetapi yang lainnya masih banyak diantaranya Panji Millenium, Samurai X, Power Ranggers, Ultra man, Dragon Ball dll. Termasuk tontonan orang dewasa yang akrab dengan anak-anak seperti Smackdown. Masing-masing mempunyai tokoh utama, dan masing-masing mempunyai penggemar perlihatkan masalah di sekolah. Fanatic.

Di Amerika Serikat, hal tersebut memang terbukti. Sebuah penelitian yang dilakukan Leonard Eron dan Rowell Huesman menyebutkan, tontonan kekerasan yang dinikmati pada usia 8 tahun akan mendorong tindak kriminalitas pada usia 30 tahun (Kompas, 5/2000).

2. Zina dan Durhaka

Berbicara tentang tontonan untuk anak, tentu tak lengkap menyinggung Crayon Shincan. Film animasi yang begitu dikenal anak-anak, yang mempunyai rating cukup tinggi, yakni 9-11. Artinya, ditonton sembilan hingga sebelas persen dari setiap 100 penonton. Namun seperti halnya dengan tayangan lain, efek negatifnya yang lebih mengemuka Shinchan juga sering berkomentar seputar pantat, dada, dan bahkan kemaluan (diri dan orang lain). Hal-hal semacam itu tersaji sebab sebenarnya Crayon Shinchan memang untuk konsumsi orang dewasa. Pertama kali film animasi karangan Yoshita Usui ini dipublikasikan dalam Shukan Manga Action (Agustus 1992), majalah komik untuk orang dewasa. Namun karena berupa kartun, anak-anak pun akhirnya suka. Orang tua yang terkecoh. Tontonan televisi untuk orang dewasa namun ditayangkan pada jam anak-anak, cukup banyak. Tayangan ini didominasi oleh sinetron dan telenovela. Karena tersaji di depan mata, anak-anak pun begitu lahap mengkonsumsinya. Tahun lalu Kompas pernah melakukan survei tentang hal ini. Hasilnya, 77% anak suka mengobrolkan acara televisi, 40% di antaranya adalah film orang dewasa yang menyajikan kekerasan, intrik rumah tangga, serta pelecehan seksual.

Pada kesempatan lain, survei membuktikan bahwa anak-anak dalam seminggu menghabiskan waktunya sekitar 68 jam untuk menonton televisi. Padahal program anak yang tersedia di televisi hanya 32 jam. Artinya, setiap anak Indonesia menghabiskan waktu 36 jam untuk menonton tayangan televisi yang dipersembahkan bagi orang dewasa.

Shinchan tak hanya mengajarkan pornografi, tapi juga kebandelan dan berani kepada orang tua. Tujuh tahun lalu, ibu-ibu rumah tangga di Jepang ramai-ramai protes. Alasannya, di samping tolol dan menjengkelkan, Shinchan juga sering menjadikan ibunya sebagai sasaran kebandelan. Dia tak segan menyebut ibunya dengan istilah 'nenek kejam' atau melecehkannya dengan kata-kata yang tak pantas diucapkan oleh anak-anak.

Sumber: Suara Islam