FITZ FREEDOM ISLAMI

Pages

 

Ciri Kehormatan Seorang Muslim

Ada goresan indah tentang harga sebuah kemuliaan di balik perjanjian Hudaibiyah. Alkisah, Abu Jandal bin Suhail seusai penandatanganan perjanjian yang bersejarah itu ingin bergabung dan masuk Islam. Ayahnya, Suhail, yang juga menjadi perunding wakil kafir Quraisy, mencegah keras dan menyiksanya. Kaum Muslimin iba menyaksikannya, seraya memohon agar Nabi berkenan menerima anak Suhail itu. Nabi dengan santun menolaknya seraya menyuruh para sahabat membiarkan pemuda heroik itu kembali lagi ke Makkah.

Nabi Muhammad dan kaum Muslimin saat itu terikat oleh perjanjian Hudaibiyah yang harus ditepati meski beberapa poin secara lahiriah terasa merugikan. Antara lain, siapa pun warga Quraisy yang ingin bergabung dengan Muhammad di Madinah harus dikembalikan ke Makkah. Sebaliknya, siapa pun warga Madinah yang bergabung ke Quraisy harus diizinkan dan tidak boleh dikembalikan.

Abu Jandal mengiba, mengapa dia dikembalikan kepada kaum Quraisy, padahal sudah menderita dan sungguh-sungguh ingin bergabung ke Madinah. Nabi tetap mencegahnya. “Abu Jandal, tabahkan hatimu. Kita terikat perjanjian dan tidak akan mengkhianati. Sesungguhnya orang yang meninggalkan kita untuk pergi kepada mereka (Quraisy Makkah) akan dijauhkan dari rahmat Allah. Sebaliknya, barang siapa yang datang kepada kita dan kita mengembalikan kepada mereka, maka Allah akan memberikan jalan keluar baginya.”

Al-Fata wa al-Wafa
Nabi mengajarkan sikap utama ialah menepati janji dan apa pun yang sudah menjadi ikatan dalam bermuamalah meski dengan pihak kafir sekalipun. Itulah watak al-fata(kesatriaan) dan alwafa( kesetiaan) yang menjadi ciri kehormatan diri setiap Muslim. Jangankan untuk transaksi yang sama-sama menguntungkan, bahkan untuk ikatan yang terasa merugikan. Inilah mutiara ihsan yang diteladankan Rasulullah bagi umat nya, bagaimana hidup dalam kemuliaan diri.

Generasi Muslim wajib diajarkan makna kehormatan atau kemuliaan diri agar menjadi kesatria dan tidak menjadi “pemulung” da lam kehidupan. Sejarah mencatat kesatriaan ashab al-kahfi dalam menghadapi kezaliman penguasa. Allah melukis kan sifat “al-fata” ( fityat) pada mereka. “Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar. Sesungguhnya mereka ada lah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambah pula untuk me reka petunjuk.” (QS al-Kahfi: 13).

Nabi Ibrahim sewaktu muda juga memiliki sifat al-fata(kesatria) ketika menghancurkan ber hala-berhala. “Mereka berkata, kami dengar ada seorang pemu da yang mencela berhala-ber hala ini yang bernama Ibrahim.” (QS al-Anbiya: 60). Menurut Qu s yairi, berhala bukan sekadar lam bang kemusyrikan kepada Tuhan, melainkan pemberhalaan ego oleh manusia yang menjadikan hawa-nafsu sebagai tuhan. Termasuk berhala jabatan, uang, dan kepentingan serbaduniawi yang sering meluruhkan etika dan akal sehat.

Etika Islam mengajarkan kesetiaan pada nilai-nilai luhur, termasuk setia pada janji betapa pun pahit. Itulah al-wafa, yakni komitmen pada tanggung jawab dan ikatan janji, baik tertulis maupun tidak tertulis, sebagaimana diajarkan Nabi dalam peranjian Hudaibiyah. Jangan kan ditagih, ketika tidak ditagih pun manakala berjanji menjadi keniscayaan etik untuk me me nuhinya, berat maupun ringan. Itulah harga yang harus dibayar dari sebuah ikatan dengan sesama sebagai wujud kemuliaan diri, yang melampaui transaksitransaksi verbal dalam relasi antarmanusia terhormat.

Abu Dzar al-Ghifari pernah menjadi penjamin atas pemuda yang hendak dihukum mati, padahal dia tak mengenalnya. Sahabat Nabi yang zuhud itu hanya ingin menunjukkan kemuliaan Islam dalam perilaku. Namun, pemuda terpidana itu pun berji a kesatria dan setia menepati jan ji sehingga dia kembali tepat waktu untuk dieksekusi. Abu Dzar dan pemuda Badui itu sama-sama meyakini, “Orang beriman harus selalu menepati ucapannya.” Sekali ikrar dilahirkan tak boleh surut ke belakang, itulah kehormatan setiap Muslim.

Ketika orang-orang beriman kehilangan kesatriaan dan kesetiaan pada amanah, janji, kontrak, transaksi, dan nilai-nilai utama, kepada siapa lagi publik harus percaya? Tatkala orang-orang Is lam tak lagi dapat dipercaya, luruhlah kehormatan dan kemuliaan dirinya selaku umat beriman.

Orang lain akan mencibir, ternyata Islam hanya indah dalam re orika dan klaim suci, tapi praktiknya jauh panggang dari api. Atribut luar serbabertakwa, tapi ringkih etika. Kaya lisan, tetapi miskin perbuatan. Keber imanan yang fitri ditukar dengan sifat nifak yang dicirikan kata tak sejalan tindakan, janji tak ditepati, dan amanah dikhianati.

Mozaik etik
Hidup Muslim bukan sekadar urusan menang dan sukses, me lainkan kekayaan etik. Kesatriaan dan kesetiaan pada nilai-nilai kebajikan, seperti amanah, janji, tanggung jawab, dan idealisme adalah mozaik etik yang tidak kalah penting dan memberi ba nyak makna terindah. Jika hu kum memberi kepastian dan poli tik memberi jalan capaian kepentingan, etika membingkai ma nusia untuk melakukan pi lihan-pilihan baik-buruk atau pantas-tidak pantas yang mem buat manusia menjadi beradab.

Perbedaan kontras manusia daripada makhluk Tuhan lainnya justru terletak pada kesadaran etik, selain kesadaran nalar. Nilai kesatriaan dan kesetiaan bagi setiap Muslim sungguh merupakan kekayaan ruhani yang terpantul dalam sikap dan tindakan yang berani menjunjung tinggi kebenaran di atas lainnya meski harus mengorbankan jiwa dan permata dunia.

Pantulannya tecermin dalam kata sejalan tindakan. Orang Jepang mempraktikkan hidup samurai, demikian pula bangsabangsa lain yang memiliki ka rak ter sebagai kesatria. Jika sa lah, berani mundur meskipun tak diminta. Bila ingkar janji, berani ambil risiko sendiri meski harus kehilangan jabatan dan lumbung uang. Bukan karakter pemulung takhta dan harta dengan membenamkan kehormatan diri.

Jika warga dan elite bangsa di seluruh penjuru bumi memiliki sifat al-fata wa al-wafa, akan damai, makmur, dan adil setiap negeri. Hukum, politik, dan berbagai transaksi apa pun tidak akan diakali dan dimanipulasi ka rena pelakunya tepercaya.

Sebaik apa pun sistem manakala manusianya culas dan tak memiliki kehormatan diri, semua hal dapat diperjualbelikan dan diselewengkan. Uang, kekuasaan, dan hal-hal yang serbaduniawi sering kali menggerus nilai-nilai etik sehingga manusia kehilangan kemuliaan dan kehormatan diri.

Dunia akan terasa indah oleh perangai-perangai yang serbaetik. Hans Kung dan kawan-kawan telah lama mengumandangkan pentingnya nilai-nilai etik ( global etics) untuk menjadi oase atas arah dunia saat ini yang serbakeras, ganas, memangsa, dan menghancurkan. Agama dan kalangan umat beragama semestinya menjadi kekuatan kanopi suci dan memberi harapan bagi masa depan dunia yang lebih damai, adil, makmur, bermartabat, dan mencerahkan semua orang.

Bukankah misi Nabi akhir zaman adalah memuliakan akhlak dan menjadikan Islam sebagai rahmat bagi semesta alam? Ketika suatu bangsa kehilangan pertimbangan-pertimbang an etik dan hanya mengandalkan serbakeperkasaan, tunggulah ambang kehancuran.

Pada zaman Yunani Kuno, orang-orang Sparta diajarkan mencuri sebagai latihan mengasah tipu muslihat dalam menghadapi musuh. Namun, tradisi mencuri, muslihat, dan dusta itu kemudian menjadi racun laksana senjata makan tuan. Lalu, lahirlah hukum dan kontrak sosial s bagai pengekang, tetapi kedua tatanan itu rapuh karena manusia telanjur ganas dan licik. Akhirnya, peradaban Sparta yang digdaya itu jatuh dan menjadi puing sejarah.
Haedar Nashir/Heri Ruslan
Dikutip dari refleksi Harian Republika, Edisi Ahad 15 April 2012 dengan judul "Kemuliaan di Hudaibiyah".



Read more...

Mengingatkan Keutamaan Hari Jum'at Agar Semangat Meraih Keutamannya

Al-Hamdulillah, segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, keluarga dan para sahabatnya.

Allah Ta'ala berfirman,



يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِذَا نُودِيَ لِلصَّلَاةِ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا إِلَى ذِكْرِ اللَّهِ وَذَرُوا الْبَيْعَ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ

"Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan sembahyang pada hari Jumat, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui." (QS. Al-Jumu'ah: 9)

Hari jumat adalah hari yang agung di sisi Allah Ta'ala. Allah telah mengistimewakan hari jumat bagi kaum muslimin dan menjadikannya sebagai hari raya perpekan untuk mereka.

Pada hari itu, Allah mewajibkan shalat Jum'at dan khutbahnya. Memerintahkan kepada mereka agar bersama-sama mendatanginya untuk menyatukan hati dan membina persatuan mereka. Fungsi lainnya, kegiatan Jum'atan menjadi media taklim (pengajaran) untuk orang jahil di antara mereka, dan untuk memberikan peringatan bagi yang lalai. Juga sebagai media meluruskan orang yang menyimpang. Oleh sebab itu, Allah mengharamkan semua kesibukan dengan urusan dunia dan setiap aktifitas yang memalingkan dari menghadiri Shalat Jum'at saat sudah dikumandang panggilan Shalat.

Allah telah menyediakan janji istimewa bagi hamba-Nya yang memuliakan hari tersebut dengan pahala yang besar ampunan dosa selama satu pekan. Yakni apabila ibadah Jum'at yang dikerjakan hamba tersebut baik dan menghiasinya dengan syarat-syarat kesempurnaanya.

Diriwayatkan dari Aus bin Aus Radliyallah 'Anhu, berkata, "aku mendengar Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:

مَنْ غَسَّلَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَاغْتَسَلَ ثُمَّ بَكَّرَ وَابْتَكَرَ وَمَشَى وَلَمْ يَرْكَبْ وَدَنَا مِنْ الْإِمَامِ فَاسْتَمَعَ وَلَمْ يَلْغُ كَانَ لَهُ بِكُلِّ خُطْوَةٍ عَمَلُ سَنَةٍ أَجْرُ صِيَامِهَا وَقِيَامِهَا

"Barangsiapa mandi pada hari Jum'at, berangkat lebih awal (ke masjid), berjalan kaki dan tidak berkendaraan, mendekat kepada imam dan mendengarkan khutbahnya, dan tidak berbuat lagha (sia-sia), maka dari setiap langkah yang ditempuhnya dia akan mendapatkan pahala puasa dan qiyamulail setahun." (HR. Abu Dawud no. 1077, al-Nasai no. 1364 Ahmad no. 15585)

Diriwayatkan dari Salman Radliyallah 'Anhu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:

لَا يَغْتَسِلُ رَجُلٌ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَيَتَطَهَّرُ مَا اسْتَطَاعَ مِنْ طُهْرٍ وَيَدَّهِنُ مِنْ دُهْنِهِ أَوْ يَمَسُّ مِنْ طِيبِ بَيْتِهِ ثُمَّ يَخْرُجُ فَلَا يُفَرِّقُ بَيْنَ اثْنَيْنِ ثُمَّ يُصَلِّي مَا كُتِبَ لَهُ ثُمَّ يُنْصِتُ إِذَا تَكَلَّمَ الْإِمَامُ إِلَّا غُفِرَ لَهُ مَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْجُمُعَةِ الْأُخْرَى

"Tidaklah seseorang mandi pada hari Jum’at dan bersuci semampunya, berminyak dengan minyaknya atau mengoleskan minyak wangi yang di rumahnya, kemudian keluar (menuju masjid), dan dia tidak memisahkan dua orang (yang sedang duduk berdampingan), kemudian dia mendirikan shalat sesuai dengan tuntunannya, lalu diam mendengarkan khutbah dengan seksama ketika imam berkhutbah, melainkan akan diampuni (dosa-dosanya yang terjadi) antara Jum’at tersebut dan Jum’at berikutnya." (dalamHR. Bukhari Shahih-nya, no. 859)

Pada hari Jum'at terdapat satu waktu yang mubarakah (diberkahi) yang ditunjukkan oleh hadits shahih dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam pernah membicarakan tentang hari Jum'at lalu beliau bersabda,

إِنَّ فِي الْجُمُعَةِ لَسَاعَةً لَا يُوَافِقُهَا عَبْدٌ مُسْلِمٌ قَائِمٌ يُصَلِّي يَسْأَلُ اللَّهَ خَيْرًا إِلَّا أَعْطَاهُ إِيَّاهُ وَقَالَ بِيَدِهِ يُقَلِّلُهَا

"Sesungguhnya pada hari Jum'at itu terdapat satu waktu yang tidaklah seorang hamba muslim berdiri berdoa memohon kebaikan kepada Allah bertepatan pada saat itu, melainkan Dia akan mengabulkannya." Lalu beliau mengisyaratkan dengan tangannya, -yang kami pahami- untuk menunjukkan masanya yang tidak lama (sangat singkat)." (Muttafaq 'Alaih)


Maka hendaknya kita menyibukkan diri dengan berbagai bentuk taqarrub (pendekatan diri) kepada Allah, berbekal diri dengan takwa, amalan-amalan sunnah, zikir, doa, dan memperbanyak shalawat kepada Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam.

Dari Aus bin Aus Radhiyallahu 'Anhu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam:

إِنَّ مِنْ أَفْضَلِ أَيَّامِكُمْ يَوْمَ الْجُمُعَةِ فَأَكْثِرُوا عَلَيَّ مِنْ الصَّلَاةِ فِيهِ فَإِنَّ صَلَاتَكُمْ مَعْرُوضَةٌ عَلَيَّ قَالَ فَقَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَكَيْفَ تُعْرَضُ صَلَاتُنَا عَلَيْكَ وَقَدْ أَرَمْتَ قَالَ يَقُولُونَ بَلِيتَ قَالَ إِنَّ اللَّهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى حَرَّمَ عَلَى الْأَرْضِ أَجْسَادَ الْأَنْبِيَاءِ

"Sesungguhnya di antara hari kalian yang paling afdhal adalah hari Jum'at. Karenanya perbanyaklah shalawat atasku pada hari itu, karenasesungguhnya shalawat kalian akan disampaikan kepadaku. Aus berkata: para shahabat berkata: "Ya Rasulallah, bagaimana shalawat kami atasmu akan disampaikan padamu sedangkan kelak engkau telah lebur dengan tanah?" Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam menjawab: "Sesungguhnya Allah mengharamkan bumi memakan jasad para Nabi." (HR. Abu Dawud, Nasai, Ibnu Majah, Ahmad, dan al Hakim dengan sanad yang shahih)

Hendaknya pada hari itu, kaum muslimin mengosongkan hati dari memikirkan kesibukan duniawi, lalu menyibukkan diri dengan taubat dan istighfar, zikir, bertasbih dan membaca Al-Qur'an. Khususnya membaca surat al-Kahfi, seperti yang ditunjukkan hadits dari Abu Sa'id al-Khudri Radhiyallahu 'Anhu, bahwa Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:

مَنْ َقَرَأَ سُوْرَةَ الْكَهْفِ لَيْلَةَ الْجُمْعَةِ أَضَاءَ لَهُ مِنَ النُّوْرِ فِيْمَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْبَيْتِ الْعَتِيْقِ

"Siapa membaca surat al-Kahfi pada malam Jum’at, maka dipancarkan cahaya untuknya sejauh antara dirinya dia dan Baitul 'Atiq." (HR. Al-Darimi, no. 3273. Juga diriwayatkan al-Nasai dan Al-Hakim serta dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih al-Targhib wa al-Tarhib, no. 736 dan Shahih al-Jami’, no. 6471)

Masih dari Abu Sa’id al-Khudri Radhiyallahu 'Anhu,

مَنْ قَرَأَ سُوْرَةَ الْكَهْفِ فِي يَوْمِ الْجُمْعَةِ أَضَآءَ لَهُ مِنَ النُّوْرِ مَا بَيْنَ الْجُمْعَتَيْنِ

"Barangsiapa membaca surat Al-Kahfi di hari Jum’at, maka akan dipancarkan cahaya untuknya di antara dua Jum'at." (HR. Al-Hakim: 2/368 dan Al-Baihaqi: 3/249. Ibnul Hajar mengomentari hadits ini dalam Takhrij al-Adzkar, “Hadits hasan.” Beliau menyatakan bahwa hadits ini adalah hadits paling kuat tentang anjuran membaca surat Al-Kahfi. Syaikh Al-Albani menshahihkannya dalam Shahih al-Jami’, no. 6470)


Hari Jum'at merupakan hari yang agung di antara hari-hari lainnya. Di dalamnya banyak berkah dan karunia. Selayaknya hamba muslim giat dan sungguh-sungguh memanfaatkan hari tersebut.

Apabila selesai shalat Jum'at maka bertebaranlah di muka bumi mencari karunia Allah dengan menjalin silaturahim, menjenguk orang sakit, dan banyak mengingat Allah sebagaimana firman-Nya,

فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلَاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الْأَرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

"Apabila telah ditunaikan sembahyang, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung." (QS. Al-Jum'ah: 10)

Penutup

Semoga kita termasuk hamba-hamba Allah yang senantiasa mendapat hidayah darinya sehingga mengatahui setiap kebaikan yang diperintahkan agama kita dan diberi kuasa mengerjakannya. Sesungguhnya karunia Allah yang disediakan untuk hamba-hamba-Nya sangatlah banyak. Sebagiannya boleh jadi sudah kita ketahui sehingga kita semangat dan berusaha meraihnya. Namun boleh jadi di antara kita masih kurang mengatahuinya, sehingga ia tak terlalu mempedulikannya. Salah satunya karunia Allah yang di adakan pada hari Jum'at. Wallahu Ta'ala A'lam. [PurWD/voa-islam.com]


Read more...

Rajin Shalat Jum'at Tapi "JANGAN" Meninggalkan Shalat-shalat Lainnya.

Al-Hamdulillah, segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada baginda Rasulillah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, keluarga dan para sahabatnya.

Shalat Jum'at, bagi kaum muslimin, merupakan ibadah yang agung. Kareta waktu dan tempatnya yang terbatas, juga tata caranya memiliki kekhususan dari pada shalat-shalat wajib lainnya, sehingga apapun kondisinya mereka meluangkan waktu untuk mendatangi masjid, tempat diadakannya shalat Jum'at.

Sebagian orang muslim ada yang menyikapi shalat Jum'at demikian perhatian, namun tidak pada shalat wajib lainnya. Shalat-shalat lima waktu kurang mendapat perhatian. Bukan hanya tidak shalat tepat waktu dan berjama'ah, bahkan sering meninggalkannya. Bagaimana hukum orang yang menjalankan shalat Jum'at tapi tidak mengerjakan shalat-shalat lima waktu dengan kontinyu?

Syaikh Khalid Abdullah al-Mun'im al-Rifa'i menjawab masalah ini di islamway.com, dengan title: Hukmu Man Yushalli al-Jumu'ah Duuna Baaqi al-Shalawat. Berikut isi dari jawaban beliau:

Pendapat paling rajah dari perkataan para ulama bahwa orang yang meninggalkan shalat telah keluar dari Islam (kafir).

Para ulama yang berpandangan kafirnya orang yang meninggalkan shalat berikhtilaf tentang jumlah shalat yang meninggalkannya menyebabkan kekafiran, apakah itu satu shalat, dua shalat atau lebih? Atau menjadi kafir dengan meninggalkan shalat secara keseluruhan?. Imam Ahmad dan Ishaq bin Rahawaih berpendapat, dikafirkan karena meninggalkan satu shalat saja sehingga habis waktunya dan waktu untuk menjama'nya (maksudnya: shalat yang bisa dijama' dengannya, seperti Ashar bersama Zuhur, Maghrib dengan Isya'), inilah pendapat yang rajib (kuat), karena dalil-dali tentang meninggalkan shalat tidak membedakan antara orang yang meninggalkan dan selainnya.

Syarat habisnya waktu untuk menjama'nya didasarkan pada hadits Abu Dzar, ia berkata: Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda kepadaku,

كَيْفَ أَنْتَ إِذَا كَانَتْ عَلَيْكَ أُمَرَاءُ يُؤَخِّرُونَ الصَّلَاةَ عَنْ وَقْتِهَا أَوْ يُمِيتُونَ الصَّلَاةَ عَنْ وَقْتِهَا قَالَ قُلْتُ فَمَا تَأْمُرُنِي قَالَ صَلِّ الصَّلَاةَ لِوَقْتِهَا فَإِنْ أَدْرَكْتَهَا مَعَهُمْ فَصَلِّ فَإِنَّهَا لَكَ نَافِلَةٌ

"Bagaimana sikapmu jika pemimpin-pemimpinmu mengakhirkan shalat dari waktunya atau mengeluarkan pelaksanaan shalat dari waktunya? " Ia menjawab, "Aku berkata: Apa yang Anda perintahkan kepada-ku?" Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, "Shalatlah pada waktunya, lalu jika engkau mendapatinya bersama mereka, maka shalatlah, sesungguhnya itu menjadi nafilah bagimu." (HR. Muslim)

Al-Mardawi berkata dalam Al-Inshaf, dan perkataannya: Dan jika meninggalkannya karena meremehkannya, bukan menentannya, maka diseru untuk mengerjakannya. Jika ia menolak sehingga tinggal sangat sedikit waktu yang sesudahnya, maka wajib membunuhnya. Inilah madhabnya dan disepakati mayoritas sahabatnya."

Beliau berkata dalam al-Furu': Ia telah dipilih oleh mayoritas, al-Zarkasyi berkata: dan ini adalah yang masyhur."

Imam Ishaq berkata, "Dan hilang (habis)-nya waktu sampai diakhirkannya Zuhur hingga terbenamnya matahari, dan Maghrib hingga terbitnya Fajar. Sesungguhnya dijadikan akhir waktu-waktu shalat apa yang telah kami sifatkan, karena Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam menjama' dua shalat di Arafah dan Muzdalifah, juga dalam safar. Beliau melaksanakan salah satunya di waktu yang lain. Maka saat Nabi shalat yang pertama di waktu yang kedua dalam satu kondisi, dan yang kedua pada waktu yang pertama pada kondisi, maka waktu keduanya menjadi satu waktu dalam kondisi uzur (ada halangan). Hal ini sebagaimana diperintahkan bagi wanita haid, apabila telah suci sebelum terbenamnya matahari agar ia shalat Zuhur dan Ashar. Jika telah suci di penghujung malam, agar mengerjakan shalat Maghrib dan Isya'."

Dan dalam Kitab Al-Shalah milik Imam al-Marwazi disebutkan, "Ibnu al-Mubarak berkata: Siapa yang mengakhirkan satu shalat sehingga habis waktunya dengan sengaja tanpa ada uzur maka ia telah kafir."

Abu Muhammad Ibnu Hazm berkata dalam Al-Muhalla, "Sungguh telah datang keterangan dari Umar, Mu'adz, Adburrahman bin Auf, Abu Hurairah dan sahabat lainnya, bahwa orang yang meninggalkan shalat fardhu sekali saja dengan sengaja sehingga habis waktunya, maka ia seorang kafir murtad."

. . . sesungguhnya orang yang menjaga (mengerjakan) shalat Jum'at saja, maka ia kafir dan murtad. . .

Abu Umar Abdulbarr: Dan Ibrahim al-Nakha'i, al-Hakam bin Utbah, Ayyub al-Sakhtiyani, Ibnu al-Mubarak, Ahmad bin Hambal, dan Ishaq bin Rahawaih, mereka berkata: Siapa meninggalkan satu shalat saja dengan sengaja sehingga terlewat (habis) waktunya tanpa udzur, dan menolak mengqadha' dan mengerjakannya serta berkata: Aku tidak shalat; maka ia telah kafir, halal darah dan hartanya, ahli warisnya yang muslim tidak mewarisi darinya, ia diberi taubat; jika tidak (mau taubat) ia dibunuh, sedangkan hukum hartanya yang telah kami sebutkan seperti hukum harta orang murtad. Abu Dawud al-Thayalisi, Abu Hanifah, dan juga berpendapat dengan ini."

Lihatlah perkataan-perkataan ulama lainnya dalam kitab Al-Shalah milik Ibnu al-Qayyim, dan Tharh al-Tatsrib milik Ibnu al-Iraqi.

Dan pendapat yang kami rajihkan (kuatkan): sesungguhnya orang yang menjaga (mengerjakan) shalat Jum'at saja, maka ia kafir dan murtad. Pendapat inilah yang juga dirajihkan oleh Syaikh Abdul Aziz bin Bazz rahimahullah.

Syaikh Utsaimin berkata, "Laki-laki ini (yang shalat Jum'at saja) saya tidak meyakini bahwa shalatnya itu ibadah, oleh karenanya ia menjalankan shalat Jum'at sebagai kebiasaan karena ia mengenakan baju (bagus), berhias, memakai wewangian, dan pergi (berkendaraan)." (Selesai jawaban)

. . . Laki-laki ini (yang shalat Jum'at saja) saya tidak meyakini bahwa shalatnya itu ibadah, . . . (kata Syaikh Utsaimin)

Penutup

Shalat merupakan ibadah utama dalam Islam sesudah ikrar dua Kalimat Syahadat. Ia amal pertama yang kan dihisab dari seorang hamba pada hari kiamat. Jika shalatnya baik maka bisa dipastikan baik pula amal lainnya. Sebaliknya, jika buruk maka menjadi pertanda buruk amal-amal lainnya. Sehingga selayaknya seorang muslim memperhatikan dan menjaga urusan shalat, khususnya yang wajib, secara keseluruhan dan tidak merehkannya walau satu shalat saja. Wallahu a'lam. [PurWD/voa-islam.com]
Read more...

Belajar Cinta kepada Khadijah radhilallahu ‘anha

“Sebaik-baik wanita pada jamannya adalah Maryam putri Imran dan sebaik-baik wanita dari umatnya adalah Khadijah.” (HR. Bukhari Muslim).

Jika ada perempuan yang mampu membuat Aisyah cemburu besar, maka ia adalah Khadijah. Jika ada perempuan yang mampu membuat Rasulullah SAW mengingatnya sepanjang waktu bahkan ketika beliau dengan isteri-isterinya, maka Khadijah lah orangnya, dan dengan Khadijah lah Rasulullah SAW bermonogami.

Kisah tentang wanita mulia Ummul-Mukminat Khadijah RA merupakan kisah yang penuh dengan kemuliaan, kisah yang penuh dengan teladan. Tinta-tinta sejarah telah mencatat keistimewaan yang dimilikinya. Ia meninggalkan teladan indah untuk para mukminah, bukan hanya dalam berakhlakul-karimah tetapi juga bagaimana ia beribadah, berkeluarga, dan bermuamalah.

Segala keistimewaan yang dimilikinya menjadikan ia perempuan beruntung sepanjang masa. Ia mendapatkan cinta sejati dari kekasih Allah. Bahkan ia wanita pertama yang yang mendapatkan berita masuk surga serta mendapatkan ucapan salam dari Allah SWT.

Keistimewaan tersebut sesungguhnya tidak serta merta datang kepada ibunda kita Khadijah, namun hal tersebut karena ia begitu mempesona. Ia dengan penuh kerelaan mengorbankan harta dan jiwanya untuk dakwah Rasulullah SAW. Dengan kematangan, kebijaksanaan, dan integritas dirinya, Khadijah menyokong, membangkitkan tekad, dan mengobarkan semangat dakwah Rasul. Cintanya yang besar mampu memberikan yang terbaik kepada Rasulullah SAW sehingga sang suamipun amat mencintainya.

Akhlak Khadijah semestinya dijadikan gambaran bagaimana semestinya seorang isteri bersikap kepada suaminya, sehingga sang isteri menjadi perempuan yang mampu memberikan kebahagiaan kepada keluarganya dan akhirnya terbentuklah keluarga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah. Berikut di bawah ini beberapa sifat Khadijah yang dapat dijadikan uswah bagi para isteri dalam usahanya untuk menjadi perempuan istimewa bagi suaminya.

Menerima suami apa adanya. Inilah teladan yang pertama yang diajarkannya. Sebagaimana yang tercatat dalam sejarah, Khadijah merupakan wanita kaya raya di seantero Mekkah. Dengan harta dan kecantikan yang dimilikinya banyak laki-laki yang hendak meminangnya. Tetapi Khadijah lebih memilih Muhammad yang tidak memiliki apa-apa. Kemiskinan Muhammad tidak membuat Khadijah malu. Ia begitu mencintai dan menerima Muhammad apa adanya. Bagi Khadijah harta bukanlah segalanya, namun kebaikan dan kesalihan Rasulullah-lah yang menjadi pilihan utamanya.

Selalu ada ketika suami membutuhkan. Selama bersama Rasulullah, Khadijah selalu bersama dengan beliau dalam suka dan duka. Bahkan ketika terjadi pemboikotan yang dilakukan oleh orang Quraisy, ia menjadi teman yang sangat setia. Tidak sedikitpun ia mengeluh atas semua yang terjadi pada keluarganya.

Penuh kasih sayang dan perhatian terhadap suami. Inilah sesungguhnya yang diperlukan oleh para suami, termasuk Rasulullah SAW. Khadijah perempuan yang memiliki cinta suci ini mampu mencurahkan perhatian dan kasih sayangnya kepada Rasulullah SAW sehingga beliau tidak pernah menyakiti isteri yang sangat dicintainya itu. Rasulullah SAW bahkan bersabda, “Sesungguhnya aku telah diberi karunia dengan cintanya Khadijah kepadaku” (HR Muslim).

Rela berkorban demi membela suami. Khadijah mengajarkan kita untuk belajar memberikan yang terbaik kepada suami, berusaha memberikan semua yang dimiliki jika suami membutuhkan. Dengan kedermawanannya, Khadijah sanggup memberikan hartanya demi kepentingan dakwah Rasulullah SAW. Rasulullah SAW bersabda, “(Khadijah) beriman ketika orang-orang kafir kepadaku, dia membenarkanku ketika orang-orang mendustakanku, dan dia membantuku dengan hartanya ketika orang-orang menghalangiku”.

Berkata bijak dan menenangkan. Keistimewaan Khadijah yang lain adalah memiliki sikap lembut dalam bertutur kata dan bersikap bijaksana sehingga yang dikeluarkan dari lisannya hanyalah perkataan lembut dan menenangkan hati Rasulullah SAW. Perhatikanlah tutur kata Khadijah ketika terjadi peristiwa turun wahyu pertama yang membuat Rasulullah SAW lari ketakutan, Khadijah berkata, “Jangan khawatir, berbahagialah, sesungguhnya Allah tidak mungkin akan menghinakanmu dengan kejadian itu. Selama ini engkau selalu menyambung silaturahmi, jujur dalam berbicara, meringankan beban orang lain yang kesusahan, membantu orang lemah, menghormati tamu, dan mendukung setiap hal yang mengandung kebenaran”.

Mendidik anak-anak dengan baik. Salah satu keistimewaan Khadijah dibanding isteri-isteri Rasulullah yang lain adalah dari Khadijahlah Rasullah SAW mendapatkan keturunan. Nabi SAW besabda, “Allah mengaruniaiku anak darinya ketika Dia tidak memberiku anak dari isteri-isteriku yang lain”.

Bukan hanya itu saja. Walau usianya sudah tua, ia mampu mendidik putra-putri mereka dengan penuh cinta dan kemuliaan hingga putra-putri Rasulullah memiliki akhlak yang baik dan keimanan yang kuat.

Bergaul baik dengan suami. Tidak pernah diceritakan kisah yang jelek mengenai pernikahan Khadijah dan Rasulullah SAW. Hal ini menunjukan pergaulan yang baik di antara keduanya. Keduanya paham mengenai hak dan kewajiban masing-masing sehingga tenanglah rumah tangga beliau.

Tawakal dan sabar. Inilah yang dilakukan Khadijah sebagai seorang isteri yang suaminya pada saat itu menjadi bulan-bulanan penghinaan masyarakat Quraisy. Tawakal dan bersabar menghadapi semuanya telah memberikan energi positif bukan hanya bagi Khadijah, tetapi juga terhadap Rasulullah SAW sehingga ia kuat menghadapi semuanya.

Khadijah adalah perempuan agung. Dengan segala kelebihan yang dimilikinya, ia mampu membuat Rasulullah SAW begitu mencintainya. Bahkan ketika Khadijah telah tiada pun Rasulullah SAW masih sering mengingatnya. Pernah suatu waktu Rasulullah SAW berkata kepada Aisyah, ” Allah tidak memberiku pengganti yang lebih baik daripada dia”.

Beruntung sekali menjadi Khadijah. Ia mendapatkan dua cinta agung, cinta Allah SWT dan cinta kekasih Allah. Sebagian sifat-sifat Khadijah di atas hanyalah bagian kecil dari kecemerlangan yang dimilikinya sebagai wanita. Jika kita menginginkan hal tersebut sudah sepatutnya kita meneladani Ummul-Mukminat Khadijah radhiallahu ‘anha. Semoga kelak kita menjadi tetangga beliau di surga.

Penulis: H. Akbar

sumber: arrafiyah-arrafiyah blog

(zafaran/muslimahzone.com)

Read more...

Sara Bokker: Menemukan Islam, “Islam Adalah Jalan Hidup, Akhirnya Aku Bebas!

Sara Bokker, seorang wanita Barat, asal Amerika Serikat, mantan artis, aktivis feminis liberal, model, yang hidup layaknya seperti para wanita Barat dalam gaya hidupnya, memeluk Islam setelah perjalanan panjang mencari kebenaran. Sebelumnya sebuah artikel tulisannya “Aku lepaskan bikini untuk Niqab, akhirnya aku bebas” yang telah diterjemahkan dan dipublikasikan oleh tim arrahmah.com yang berjudul asli “Why i shed bikini for Niqab: The new symbol of women’s liberation” yang sangat menyentuh dan menginspirasi, terkhusus bagi kaum hawa. Berikut ini, adalah artikel lain yang ditulis oleh Sara yang berjudul asli “How Sara Bokker Found Islam”, ditulis pada tahun 2008, berikut artikel ukhti Sara yang berhasil diterjemahkan oleh tim Muslimahzone.com, semoga dapat lebih menginspirasi muslimah pada khususnya dan masyarakat pada umumnya:

***

Bagaimana Sara Bokker menemukan Islam

Aku tumbuh di kota kecil di South Dakota, Amerika Serikat, yang aku pernah berhubungan hanya dengan agama yang ada di berbagai denominasi Kristen. Aku dan keluargaku kadang-kadang menghadiri gereja Lutheran, didorong oleh ibuku, dan akhirnya aku membenarkan Lutheran. Aku percaya Tuhan, tetapi aku tidak percaya pada semua “barang gereja”: bernyanyi, menyembah gambar salib dan Yesus, dan memakan “tubuh dan darah Kristus”. Hal itu hanya tidak masuk akal bagiku.

Sepanjang yang dapat ku ingat, sesuatu selalu hilang. Ada lubang di hatiku, kesedihan yang besar ini dan kegelapan kesendirian yang merasuki setiap sel dalam tubuhku, pikiran, dan jiwa. Tidak ada yang dapat mengisi lubang itu, dan kesakitan tak kunjung pergi. Aku beralih ke alkohol di usia yang sangat muda untuk mati rasa sedalam itu, menderita sakit. Tetapi itu hanya sementara, dan ini bahkan selalu membuatku merasa lebih buruk setelah kematian rasa itu.

Kejauhanku dari keluargaku dan setiap orang di sekitarku meningkat seiring dengan pertumbuhanku. Aku memilki kemuakan dan kebencian terhadap diriku sendiri, yang menyebabkanku menjadi benar-benar mengerikan terhadap orangtua ku. Semua yang aku ingat, ingin melarikan diri – melarikan diri dari “darimana aku dan siapa aku”. Bagaimanapun, aku menyadari bahwa tidak peduli sekeras apapun aku mencoba, aku tidak dapat melarikan diri dari “siapa aku”. Makanya, aku memutuskan untuk melakukan apa yang dapat membuatku melarikan diri dari diriku sebelum aku menghancurkan diriku.

Aku menjadi seorang budak dalam pandanganku. Aku telah termakan oleh ini semua.

Aku keluar dari tempat kuliahku dan meninggalkan South Dakota ke Florida sendirian ketika aku berusia 19 tahun. Siap untuk membuat sebuah permulaan yang baru di lingkungan baru yang menggairahkan, aku menemukan sedikit kebahagiaan untuk sebuah periode singkat dari waktu. Tetapi hal itu dangkal. Rasa sakit itu dan kesedihan, lubang di hatiku, masih ada.

Aku telah menghabiskan bertahun-tahun untuk sesuatu yang dapat menyembuhkan diriku. Aku beralih ke psikologi, pertolongan sendiri dengan buku-buku dan rekaman dan latihan, semua yang benar-benar membantuku dalam urusan yang besar. Beberapa pekerjaanku memungkinkakku untuk mendapatkan beberapa uang dengan mudah, maka itu habis secepat mendapatkannya, “terimakasih atas belanja dan pesta”.

Dengan tujuan untuk tetap bersama setiap orang, aku mengambil kartu kredit – kartu kredit yang banyak – dan aku menemukan diriku tenggelam lebih dalam dan lebih dalam lagi di dalam hutang, tetapi tidak begitu peduli karena aku merasa hanya hidup untuk satu hari. Aku juga terjepit dalam pandanganku. Ini menghabiskan banyak waktu dan uang untuk tampil baik. Aku menjadi seorang budak dalam pandanganku. Aku telah termakan oleh semua ini: Penata rambut, gym, mall, dsb. Setelah semua itu, aku sebagaimana pandangaku, atau jadi apa yang aku pikirkan. Dan aku hanya tahu aku akan bahagia jika setiap orang memandangku, jika aku mendapatkan perhatian. Dan aku mendapatkan perhatian, tetapi aku benci!, ini membuatku sengsara. Jadi apa yang dapat membuatku bahagia? Aku masih mencarinya.

Aku menemukan cinta, dan itu membuatku sedikit bahagia. Kemudian aku mulai melihat kea rah keagamaan, semua macam dan tipe keagamaan. Cukup menarik, aku menemukan ada beberapa yang menjadi “kebenaran universal” di banyak agama. Terlihat berbeda, tetapi intinya sama. Cintaku untuk semua kemanusiaan dan kedamaian di dalam hatiku meningkat tajam seiring pencarian dan pertumbuhan spiritualku. Aku menjadi sangat tertarik di bidang “studi metafisika”, dan beberapa tipe mediasi Timur dan yoga. Aku paling mengagumi hal-hal ini. Bagaimanapun, aku menginginkan lebih. Aku ingin seseorang memberitahuku dengan tepat apa yang harus dilakukan dan bagaimana untuk melakukannya. Aku butuh aturan dan struktur. Dan aku tidak mendapatkan itu di fakta lapangan yang sangat liberal ini, abstrak, dan bebas.

Akhirnya aku kembali ke perkuliahan, dan itu membuatku jauh lebih baik tentang diriku. Aku mengembangkan keinginan besar pada hubungan internasional dan setelah aku belajar kebenaran buruk tentang “Sejarah Amerika” dan “Kebijakan Luar Negeri AS”, aku terkejut dengan semua ketidakadilan ini, rasisme, dan penindasan. Itu menyakiti hatiku. Aku telah sangat menyedihkan oleh penderitaan di dunia ini. Aku memutuskan, aku harus melakukan sesuatu untuk ini.

Aku hanya terlalu keras kepala untuk mengajukan salah satu cara untuk menjadi Muslim. Aku memulai jaringan dengan mendidik sekolah menengah lokal dan mahasiswa tentang ketidakadilan di Timur Tengah, dan akhirnya aku mulai mengorganisir para aktivis lokal untuk pergi ke Washington DC, untuk memprotes perang yang akan datang di Irak. Selama proses ini, aku berjumpa dengan seorang pria yang mengagumkan – seorang muslim – yang juga melakukan hal yang sama. Aku tidak pernah melihat seseorang yang telah mendedikasikan hidupnya untuk penyebab yang juga aku sangat peduli – keadilan dan hak asasi manusia. Dia telah memulai organiasinya, yang aku menjadi sukarelawan, karenanya aku dapat belajar darinya dan membantu perjuangannya. Karena kami bekerja bersama, dia berbagi kepadaku tentang sejarah Nabi Muhammad shallahu ‘alaihi wa salam, para sahabatnya, dan peradaban yang mengagumkan dari Islam – satu-satunya contoh dari keadilan masyarakat di planet ini. Aku terkejut mendengar sejarah-sejarah ini, karena aku tidak tahu apa-apa tentang sejarah ini. Aku menjadi terpikat oleh Islam dan membaca banyak tentangnya, akhirnya aku membaca Al Qur’an.

Aku menemukan di dalam Islam, kebenaran yang aku sedang cari. Akhirnya semuanya masuk akal. Bagaimanapun, aku merealisasikan banyak kesalahpahaman dan klise yang aku bahkan tidak menyadarinya. Pertama-tama, aku tidak tertarik pada isu perempuan dan belum mengerti mengapa mereka berpakaian sangat berbeda. Aku dengan tegas mengatakan, “aku tidak akan pernah dapat berpakain seperti itu”, karena aku masih mempunyai pikiran, “bagaimana aku terlihat adalah aku”. Maka jika orang-orang tidak dapat melihat bagaimana aku, maka aku bahkan tidak akan pernah ada. Juga, bagaimana tentang “perempuan yang tinggal di rumah dan hanya memperhatikan anak-anak dan perkerjaan rumahtangga dan mendengarkan suaminya?” , ini terlalu banyak bagiku! Tidak ada jalan yang aku dapat mengerti mengapa seorang perempuan harus tinggal di rumah. Siapa dia jika dia tidak ada “diluar sana” mendaki jalanya untuk “kaca-kaca langit”? Dan mengapa dia harus mematuhi suaminya?

Aku menemukan jawaban yang indah dari pertanyaan-pertanyaan ini, yang sangat logis dan luar biasa fungsional. Kalian lihat, Islam bukan sekedar “sebuah agama”. Islam adalah sebuah jalan sempurna di dalam kehidupan. Di dalamnya, kalian memiliki petunjuk dan jawaban-jawaban bahkan untuk hal yang paling kecil, seperti bagaimana makan dan tidur. Ini mengagumkan!

Bagaimanapun, aku masih tidak berkeinginan untuk masuk Islam. Itu terlihat terlalu dini bagiku, terlalu banyak pertanggungjawaban dan aku terlalu keras kepala untuk mengajukan cara bagaimana seharusnya untuk menjadi seorang Muslim. Kemudian pada malam yang dingin di Januari 2003, aku sedang berada di dalam bis kembali dari demonstrasi anti-perang di Washington DC, aku berada dipersimpangan jalan hidupku. Aku benci pekerjaanku dan baru saja meninggalkan suamiku karena kita telah hidup terpisah. Aku telah cukup mengorganisir orang-orang anti-perang. Aku berkata kepada diri sendiri, “apa yang dapat aku lakukan? Apa yang dapat aku lakukan? Aku hanya ingin menjadi seseorang yang baik dan membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik. Tetapi bagaimana? Apa yang harus aku lakukan?”, Tiba-tiba, jawabannnya datang kepadaku: Menjadi Muslim. Itu saja! Sebuah selimut perdamaian memelukku. Aku merasa begitu tenang dan yakin dan penuh dengan kebahagiaan. Tiba-tiba aku mempunyai sebuah tujuan hidup, sebuah alasan untuk ada.

Hidup tetaplah hidup: ini tidak mudah, tetapi sekarang aku memiliki buku panduan.

Seminggu kemudian, aku mengucapkan dua kalimat Syahadat di depan publik di sebuah pelataran untuk Masjid baru. Segera setelah aku mengucapkannya, dua pelangi terlihat di langit! Setiap orang yang menyaksikannya sangat terharu dan semua muslimah berdatangan setelah itu memelukku. Aku menangis dari sukacita yang sangat banyak, karena kebanyakan orang disana, bahagia karena memiliki ku di Ummat ini.

Hari berikutnya, bersemangat untuk menunjukkan kepada dunia, aku seorang Muslim!

Aku pergi ke tempat toko lokal Timur Tengah dimana mereka menjual hijab-hijab yang cantik dan pakaian yang sesuai dengan persyaratan pakaian Muslim. Aku membeli banyak gaun (jilbab) dan kerudung, dan sejak hari itu, aku berpakaian dengan benar. Ahhhhh…akhirnya bebas! Aku telah merusak belenggu fashion dan perbudakan fisik yang diberlakukan oleh masyarakat dangkal. Sejujurnya, aku merasa seperti sebuah beban berat telah terangkat dari pundakku. Aku tidak lagi merasa tertekan untuk berpakaian dan terlihat lebih baik. Akhirnya aku menghargai diriku sendiri dan tidak ada lagi dasar pada penghargaan diriku atas perhatian berdasarkan reaksi dan perhatian orang lain. Ketika banyak yang memandangku dengan pandangan aneh – beberapa dengan rasa kasihan, beberapa dengan rasa marah, dan beberapa dengan rasa penasaran – aku telah mendapatkan penghargaan yang lebih baik dari sebelumnya.

Alhamdulillah, seorang pria yang mengagumkan yang mengenalkanku kepada Islam menikahiku, tepatnya setelah satu bulan aku menjadi Muslim. Sejak itu, kami melanjutkan pekerjaan kami bersama-sama melawan ketidakadilan di seluruh dunia. Kami telah bepergian ke seluruh Timur Tengah dan hijrah dari Amerika ke Mesir untuk bersama ibu suamiku dan tinggal di lingkungan yang Islami. Alhamdulillah, aku diberkahi dengan sebuah keluarga yang indah, selain itu, keluarga yang lebih besar – Ummat islam – aku dapatkan sejak aku menjadi seorang Muslim.

Hidup tetaplah hidup: ini tidak mudah, tetapi sekarang aku mempunyai buku panduan, sebuah struktur, sebuah fondasi. Hati ku telah lengkap. Kesedihan dan kesendirian telah pergi. Sekarang aku merasa, aku adalah bagian. Aku adalah seseorang. Dan aku di rumah, setidaknya untuk saat ini, di dalam milidetik ini yang kita katakan (kehidupan duniawi), hingga aku sampai di akhir, di rumah abadi di akhirat, insya Allah dekat dengan yang Tercinta, Penciptaku, Tuhan Semesta alam, yakni Allah yang Maha Suci dan Maha Agung.

Sara Bokker

Sara Bokker adalah seorang mantan artis, model di Amerika Serikat, instruktur fitness, dan aktivis. Saat ini Sara adalah seorang direktur komunikasi di The March for Justice, seorang co-founder The Global Sisters Network. Dan produser terkenal Shock & Awe Gallery©. Sara bias dihubungi di srae@marchforjustice.com.

***

Note: artikel ini diterjemah dengan persetujuan dari ukhti Sara Bokker untuk muslimahzone.com


Foto Ilustrasi by türkbeyi01


Alih bahasa: zafaran

Read more...